EKO-BIOLOGI Lamun Pulau BINTAN


Sebaran Lamun
Metode survei menggunakan transek garis sepanjang 100 m ke arah laut. Pada setiap transek  garis terdapat transek kuadrat. Transek kuadrat pertama disimpan di titik 0 meter dan transek selanjutnya pada 10 m (selang antar transek 10 m) (Gambar 11).

Informasi yang didapat dari metode ini adalah:

  1. lokasi (nama pantai dan nama daerah/kabupaten) dan kode stasiun, tanggal dan waktu pengamatan, nomor transek, serta informasi umum (kedalaman air, kejernihan air, ada/tidaknya pelabuhan, ada/tidaknya sungai, ada/tidaknya mangrove dan perkiraan jarak dari mangrove, ada/tidaknya karang dan perkiraan jarak dari karang, ada/tidaknya penduduk, aktivitas penduduk), dan informasi lain yangbermanfaat.
  2. koordinat (Latitude dan Longitude) transek.
  3. nilai persentase tutupan lamun pada setiap kotak kecil dalam frame
    kuadrat.
  4. komposisi jenis lamun dan nilai penutupan setiap jenis lamun.
  5. karakteristik substrat secara visual.
  6. Informasi biota asosiasi lamun.

 

 

 

 

Kualitas Air

Parameter kimia perairan yang diamati dalam penelitian ini yaitu nitrat dan ortofosfat. Hasil pengukuran konsentrasi nitrat di perairan desa teluk bakau berkisar 0,08 – 0,115 mg/L (Tabel 2). Baku mutu nitrat pada perairan padang lamun menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 adalah 0,008 mg/L untuk biota laut. Tingginya nilai nitrat di semua stasiun bila dibandingkan dengan baku mutu untuk biota laut diduga terjadi eutrofikasi pada lokasi penelitian tersebut.


Tabel. 2. Parameter perairan di lokasi sampling.

No.

Parameter

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Baku Mutu

1

Nitrat (mg/L)

0,094

0,082

0,115

0,008

2

Orto Fosfat (mg/L)

0,006

0,008

0,007

0,015

Hasil pengukuran ortofosfat di stasiun penelitian berkisar 0,006 – 0,008 mg/L. Kandungan nilai ortofosfat di perairan teluk bakau masih berada dibawah ambang batas baku mutu untuk biota air laut yaitu sebesar 0,015 mg/L sehinggan perairan Teluk Bakau masih layak untuk kehidupan biota laut.

          1. Stasiun 2: 0.008 mg/l
          2. Stasiun 3: 0.007 mg/l

 

Sebaran Lamun
Tutupan Lamun Dan Sebaran Spesies Lamun  Di Desa Teluk Bakau

Terdapat  dua  stasiun ekosistem lamun yang diamati di Kawasan Konservasi Lamun Bintan di Desa Teluk Bakau yang terdiri dari stasiun Pulau Beralas Pasir dan Pantai Desa Teluk Bakau. Kedua stasiun tersebut memiliki kakrakteristik berbeda dimana Pulau Beralas Pasir merupakan stasiun pengamatan ekosistem lamun yang berada di Pulau Kecil yang termasuk Desa Teluk Bakau, sedangkan Pantai Teluk Bakau berada di sekitar daratan utama Desa Teluk Bakau, di Pesisir Bintan Timur. Salah satu indikator untuk mengetahui kualitas ekosistem lamun dengan cara melakukan pengamatan terhadap nilai  tutupan lamun. Tutupan lamun di Desa Teluk Bakau disajikan pada Gambar 12.

Berdasarkan nilai tutupan lamun yang disajikan pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa ekosistem padang lamun berada pada kisaran 29.15% - 46.88%. Stasiun Beralas Pasir memiliki tutupan lamun yang paling tinggi yaitu sebesar 46.88%, pantai Teluk Bakau memiliki tutupan lamun sebesar 29.15%. Menurut Kawaroe et al (2016) perbedaan nilai persentase tutupan lamun di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor tekanan lingkungan dan nutrien di perairan.  Pantai Teluk Bakau memiliki tutupan lamun lebih rendah dibandingkan dengan Beralas Pasir, hal tersebut diduga karena lokasi Pantai Teluk Bakau yang berada pada daratan utama, sehingga banyak aktivitas manusia yang menyebabkan tutupan lamun cenderung lebih rendah.

Secara umum terdapat delapan jenis lamun yang ditemukan di Desa Teluk Bakau meliputi :Cymodocea rotundata (Cr), Cuymodocea serulata (Cs), Enhalus acoroides (Ea),Halodule uninervis (Hu),Halophila ovalis (Ho), Halophila minor(Hm), dan Thalassia hemprichii (Th). Tujuh jenis lamun ditemukan di Pulau Beralas Pasir dan lima jenis lamun ditemukan di Pantai Teluk Bakau.

Kondisi Tutupan Jenis Dan KerapatanJenis Lamun Di Pulau Beralas Pasir

Pengamatan ekosistem lamun di Pulau Beralas Pasir meliputi pengamatan tutupan jenis dan kerapatan jenis pda lamun. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan di kawasan Pulau Beralas Pasir, yaitu meliputi : Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata,Halophila ovalis,Halophila minor dan Syringodium isoetifolium .Tutupan dan kerapatan pada setiap jenis lamun yang ditemukan di Pulau Beralas Pasir disajikan pada Gambar 13.


Berdasarkan Gambar 10, dapat diketahui bahwa lamun yang memiliki tutupan tinggi diantaranya jenis; Cymodocea rotundata (15.97%), Enhalus acoroides (15.23%) dan Thalassia hemprichii (9.07%). Begitu juga dengan nilai kerapatan lamun, dimana jenis lamun yang memiliki kerapatan tertinggi masih didominasi oleh spesies lamun yang sama seperti dengan jenis lamun yang memiliki nilai tutupan tinggi.  Spesies Cymodocea rotundata memiliki kerapatan sebesar 151 ind/m2, Thalassia hemprichii memiliki kerapatan sebesar 92 ind/m2 dan Enhalus acoroides memiliki kerapatan sebesar  61/m2. Ketiga spesies lamun yang memiliki nilai tutupan dan kerapatan tinggi di Pulau Beralas Pasir merupakan lamun spesies kunci pada kawasan Indo Pasifik (Short et al,2007). Sedangkan lamun yang memiliki tutupan dan kerapatan rendah di Pulau Beralas Pasir termasuk kedalam lamun jenis pionir, seperti lamun jenis Halophila ovalis, Halophila minor dan Syringodium isoetifolium.

Ekosistem padang lamun di Pulau Beralas Pasir memiliki karakterisirik substrat berupa pasir halus dan pasir bercampur karang mati. Ekosistem padang lamun di Pulau Beralas Pasir memiliki tipe ekosistem padang lamun yang berupa hamparan luas (continue).

Kondisi Tutupan Jenis Dan KerapatanJenis Lamun Di Pantai Teluk Bakau

Sama halnya dengan pengamatan ekosistem sebelumnya, Pengamatan ekosistem lamun di Pantai Teluk Bakau meliputi pengamatan tutupan jenis dan kerapatan jenis pda lamun. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat lima jenis lamun yang ditemukan di kawasan Pulau Beralas Pasir, yaitu meliputi : Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata dan Halodule uninervis.Tutupan dan kerapatan pada setiap jenis lamun yang ditemukan di Pulau Beralas Pasir disajikan pada Gambar 14.

 

Berdasarkan gambar yang disajikan pada Gambar 14 dapat diketahui bahwa lamun yang memiliki tutupan tinggi diantaranya jenis; Cymodocea rotundata (20.60%), Enhalus acoroides (5.74%) dan Thalassia hemprichii (1.1%). Begitu juga dengan nilai kerapatan lamun, beberapa lamun yang memiliki kerapatan tinggi diantaranya spesies Cymodocea rotundata memiliki kerapatan sebesar 466 ind/m2, Halodule uninervis memiliki kerapatan sebesar 30 ind/m2 dan Enhalus acoroides memiliki kerapatan sebesar  46/m2.

Ekosistem padang lamun yang terletak di Pantai Desa Teluk Bakau memiliki tipe substrat berupa lumpur, pasir berlumpur dan pasir. Substrat lumpur ditemukan dikawasan ekosistem padang lamun yang berdekatan dengan daratan, dimana pada substrat tersebut banyak ditumbuhi oleh lamun jenis Enhalus acoroides. Lamun jenis Enhalus acoroides tumbuh dengan baik pada substrat berlumpur, dikarenakan memiliki kandungan nutrien yang sangat tinggi sehingga mampu mendukung pertumbuhan lamun tersebut (Kawaroe et al, 2016). Kondisi substrat perairan berubah strukturnya semakin menjauhi daratan menjadi pasir berlumpur hingga pasir.

Biomassa Lamun Di Desa Teluk Bakau

Penentuan biomassa lamun dilakukan menggunakan metode Mellor (1991). Perhitungan biomassa lamun pada penelitian ini dilakukan terhadap beberapa jenis lamun saja, diantaranya: Enhalus acoroides,Thalassia hemprichii,Cymodocea rotundata,Halodule uninervis dan Syringodium isoetifolium. Data biomassa lamun di Desa Teluk Bakau disajikan pada Tabel 3 berikut :

 


Tabel 3. Biomassa lamun di Desa Teluk Bakau.

 

Stasiun

Biomassa  Lamun (gbk/m2)

 

Cr

Ea

Hu

Si

Th

Pulau Beralas Pasir

13.44

57.35

-

7.74

12.05

Pantai  Teluk Bakau

45.66

141.00

4.015

-

20.91

Berdasarkan hasil perhitungan biomassa pada Tabel 3 di 2 lokasi pengamatan diketahui bahwa lamun jenis Enhalus acoroides memiliki biomassa tertinggi yaitu sebesar 53.75 gbk/m2 untuk stasiun Pulau Beralas Pasir dan 141.00 gbk/m2 untuk stasiun Pantai  Teluk Bakau. Selain Enhalus acoroides lamun jenis Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata memiliki biomassa yang tinggi dibandingkan lamun jenis pionir seperti Halodule uninervis dan Syringodium isoetifolium. Beberapa faktor yang mempengaruhi biomassa lamun diantaranya kerapatan lamun dan morfologi lamun.

Kondisi Ekosistem Lamun Di Desa Teluk Bakau

Wouthuyzen (2009) menyusun kriteria terkait kondisi ekosistem lamun dengan mempertimbangkan jumlah jenis lamun yang ditemukan, tutupan lamun, serta berat biomassa kering lamun. Adapun hasil perhitungan skor dari masing-masing kriteria ditunjukkan pada  Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi ekosistem lamun di Desa Teluk Bakau.

 

Stasiun

 

Skor

 

 

Kondisi
Lamun

Jumlah Jenis

Tutupan

Biomassa

Total

Pulau Beralas Pasir

3

2

1

6

Sedang

Pantai Teluk Bakau

3

2

1

6

Sedang

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3, diketahui bahwa ekosistem lamun di Pulau Beralas Pasir dan Pantai Teluk Bakau berada dalam kondisi sedang.


Supported By: